Entri Populer

Kamis, 27 Januari 2011

KESEIMBANGAN UMUM

KATA PENGATAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan waktu, kesempatan dan pemikiran yang jernih penulis untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “ keseimbangan umum dalam perekonomian”.
Sebagaimana upaya peningkatan kualitas yang tidak akan pernah selesai, demikian pula makalah ini nantinya akan memerlukan revisi berdasarkan kritik maupun saran dari para pembaca makalah ini.
Untuk itu, saya harapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat memperluas wawasan para pembaca. Terima kasih,

Padangsidimpuan, Januari 2011


Penulis,





















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN :
A. Latar Belakang

BAB II. PEMBAHASAN :
A. Pasokan Uang
B. Permintaan uang
C. Keseimbangan Pasar Uang
D. Pasar Barang
E. Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang
BAB III. PENUTUP :
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA




















DAFTAR PUSTAKA
http://unpur.ac.id/l/e_learning/Ekonomi/Keseimbangan_Umum.html
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Gilarso, T. 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Jilid 2. Kanisius. Yogyakarta.








































BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu ekonomi merupakan suatu bidang studi yang sudah cukup lama berkembang. Sebagai satu bidang ilmu pengetahuan, perkembangannya bermula sejak tahun 1776, yaitu setelah Adam Smith seorang pemikir dan ahli ekonomi inggris menerbitkan bukunya yang berjudul : “An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.” Beberapa pandangan dalam buku beliau masih tetap mendapat perhatian dalam pemikiran ahli-ahli ekonomi pada masa kini. Adam Smith dapat dianggap sebagai “bapak ilmu ekonomi”.
Ilmu ekonomi terus berkembang sampai sekarang sesuai dengan banyak kebutuhan hidup yang tidak terbatas yang akan dipenuhi dengan penyedia kebutuhan yang sangat terbatas. Oleh sebab itulah manusia terus berpikir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut.
Dalam pemenuhan kebutuhannya, manusia sebagai pelaku ekonomi harus mampu menyesuaikan ketersediaan alat pemenuhan kebutuhan dengan kebutuhan hidupnya tersebut. Oleh karena itu, manusia harus melakukan analisis mengenai keseimbangan umum dalam perekonomian baik dari segi harga, barang serta alat pemenuhan kebutuhan lainnya.
















BAB II
PEMBAHASAN

KESEIMBANGAN UMUM
A. Pasokan Uang
Pada kajian ini kita batasi cakupan uang hanya pada dua bentuk: uang kas dan uang giral. Uang kas dipasok oleh bank sentral, sementara uang giral dipasok oleh perbankan.
Penentuan jumlah uang kas ini ditentukan oleh bank sentral dengan memperhatikan kelancaran sistem pembayaran dan menjaga inflasi. Pasokan uang giral terjadi selama uang kartal disimpan atau pinjaman diberikan dalam bentuk demand deposit. Jika ada pencairan demand deposit oleh penabung atau debitur, uang giral akan menyusut sementara uang kartal yang beredar akan bertambah.
Ekonomi konvensional biasanya mengasumsikan pasokan uang ditentukan secara eksogen oleh proses kebijakan. Karena itu, dalam panel uang-bunga kurva penawaran uang digambarkan vertikal.

B. Permintaan uang
Permintaan uang pada suatu periode merupakan rata-rata jumlah uang yang ingin dipegang oleh masyarakat pada periode tersebut. Uang yang dipegang maksudnya adalah uang yang siap digunakan untuk transaksi mencakup uang kartal yang tidak disimpan di bank, cek atau sertifikat giro, dan batas transaksi pada kartu debit.
Menurut Keynes, orang memegang uang dapat disebabkan oleh beberapa motif:
1. Motif transaksi: orang memegang uang untuk keperluan belanja konsumsi maupun investasi yang sudah ia rencanakan
2. Motif berjaga-jaga: orang memegang uang untuk keperluan belanja yang tidak ia rencanakan
3. Motif spekulasi: orang memegang uang karena ia menunggu untuk menemukan aset yang lebih baik atau penurunan harga aset di masa depan
Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga dipengaruhi secara positif oleh pendapatan masyarakat. Jika pendapatan masyarakat naik, uang yang diperlukan untuk transaksi konsumsi dan investasi akan naik.
Dalam ekonomi berbasis bunga, permintaan uang untuk spekulasi menghadapi opportunity cost berupa bunga yang ditawarkan oleh instrumen keuangan. Karena itu, permintaan uang untuk spekulasi akan dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga.
Mayoritas ekonom Islam menganggap bahwa motif spekulasi memegang uang tidak terdapat dalam perekonomian Islam. Mereka menganggap bahwa tiap spekulasi merupakan wujud perjudian yang jelas diharamkan dalam Islam.
Ekonom Islam mazhab kritis berpendapat bahwa tidak ada yang salah dengan motif spekulasi. Penundaan belanja aset untuk menemukan aset dengan imbal lebih tinggi atau harga lebih murah di masa depan merupakan tindakan wajar seseorang. Dalam perekomian Islam, permintaan uang untuk spekulasi ini menghadapi opportunity cost berupa imbal yang diharapkan dari instrumen investasi yang ditawarkan saat itu.
C. Keseimbangan Pasar Uang
Dalam perekonomian bunga, keseimbangan permintaan dan penawaran uang akan terjadi pada tingkat bunga tertentu. Ekonomi konvensional berpendapat bahwa interaksi permintaan dan penawaran uang akan senantiasa membawa suku bunga pada tingkat keseimbangan.
Apabila suku bunga berada di atas tingkat keseimbangan, pasokan uang melebihi permintaan. Mekanisme penyesuaian berjalan karena pada tingkat bunga tersebut, opportunity cost memegang uang menjadi terlalu tinggi. Masyarakat akan berusaha mengurangi porsi uang dalam portofolio kekayaannya untuk ditukarkan dengan aset yang memberikan bunga, misal obligasi. Penurunan permintaan uang diimbangi dengan kenaikan permintaan aset tersebut. Akibatnya, harga aset tersebut akan naik dan tingkat bunganya menurun. Mekanisme ini akan terus berjalan hingga uang yang ingin dipegang masyarakat sama dengan pasokan uang.
Mekanisme sebaliknya akan terjadi jika suku bunga berada di bawah tingkat keseimbangan. Opportunity cost yang rendah akan mendorong masyarakat untuk memegang uang lebih banyak dengan cara menjual aset berimbal bunga. Peningkatan penjualan aset menurunkan harga dan menaikkan suku bunga hingga permintaan uang sama dengan pasokan uang.
Untuk memahami interaksi keseimbangan pasar barang dan pasar uang dalam membentuk permintaan agregat, keseimbangan pasar uang digambarkan dalam panel pendapatan-bunga sebagai kurva LM (akronim dari Liquidity preference = Money supply). Kurva LM diderivasikan dari kurva permintaan dan penawaran dengan mengetahui arah perubahan suku bunga ketika terjadi perubahan pendapatan.
Peningkatan pendapatan akan meningkatkan permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga walau tingkat bunga tetap. Hal ini dapat digambarkan sebagai pergeseran kurva permintaan uang ke kanan atas. Pada tingkat bunga semula, terjadi kelebihan permintaan uang. Menurut ekonomi konvensional, kelebihan permintaan uang ini akan mendorong bunga naik hingga permintaan uang kembali ke tingkat yang sama dengan pasokan uang. Dengan demikian, peningkatan pendapatan menyebabkan kenaikan suku bunga di pasar uang. Untuk menggambarkan hubungan positif pendapatan dan suku bunga di pasar uang tersebut, kurva LM memiliki kemiringan positif.
Logika derivasi kurva LM di atas memiliki kelemahan saat menjelaskan kenaikan suku bunga di pasar uang. Kelebihan permintaan yang terjadi di pasar uang disebabkan peningkatan kebutuhan uang untuk bertransaksi karena kenaikan pendapatan. Tidak dijelaskan mengapa pada situasi tersebut suku bunga harus naik.
Pada penjelasan mekanisme penyeimbangan di pasar uang disebutkan bahwa kenaikan suku bunga saat terjadi kelebihan permintaan uang ditimbulkan oleh peningkatan penjualan aset berbunga. Akan tetapi, pada kasus kelebihan permintaan itu disebabkan oleh kenaikan pendapatan, tidak ada alasan bagi seseorang untuk meningkatkan penjualan aset berbunga.
Apabila seseorang mengalami kenaikan pendapatan, ia memang membutuhkan uang lebih banyak untuk membiayai kenaikan konsumsi. Akan tetapi, apakah uang tambahan tersebut diperoleh dengan mengurangi kepemilikan aset berbunga? Justru sebaliknya, kepemilikan aset yang merupakan salah satu wujud tabungan pun cenderung meningkat ketika pendapatan naik. Kenaikan pendapatan akan sekaligus dialokasikan sebagai peningkatan konsumsi dan peningkatan tabungan, yang dapat diwujudkan sebagai aset berbunga maupun uang. Jika kenaikan pendapatan tidak menyebabkan kenaikan penjualan aset, justru dapat menyebabkan kenaikan permintaan aset, maka tidak ada mekanisme yang menyebabkan kenaikan bunga.
Jika terjadi kenaikan pendapatan, kenaikan bunga memang diperlukan untuk mencapai keseimbangan pasar uang, tetapi tidak terbentuk sendiri oleh interaksi pasar uang. Dengan demikian, situasi ekonomi bisa terjadi di luar kurva LM. Dengan kata lain, kurva LM tidak memiliki daya gravitasi.
Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran uang yang ditimbulkan oleh perubahan pendapatan akan tetap berlangsung selama pasokan uang tidak bertambah. Dari teori kuantitas uang kita tahu bahwa jika pendapatan riil bertambah namun jumlah uang tetap, salah satu dari dua variabel harus berubah: kecepatan peredaran uang naik atau harga turun.
Dalam perekonomian tanpa bunga, permintaan uang untuk spekulasi dipengaruhi secara negatif oleh tingkat imbal yang diharapkan dari aset produktif. Jika tingkat imbal turun, orang akan cenderung memegang uang lebih banyak karena opportunity cost turun. Proses penyeimbangan permintaan dan penawaran uang juga akan terjadi melalui proses pergantian portofolio kekayaan.
Jika kelebihan permintaan uang ditimbulkan oleh kenaikan pendapatan, tidak akan ada kenaikan penjualan aset produktif. Akibatnya, kenaikan tingkat imbal tidak terjadi dan kelebihan permintaan uang akan terus berlangsung selama pasokan uang tidak bertambah. Peningkatan ekspektasi laba diperlukan untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran uang. Hubungan antara pendapatan dan tingkat imbal yang menyeimbangkan pasar uang ini dicerminkan oleh kurva LM positif dalam panel pendapatan-tingkat imbal. Akan tetapi, kurva LM ini tidak memiliki daya gravitasi karena tidak ada mekanisme dalam pasar yang dapat menyeimbangkan pasar uang ketika terjadi perubahan pendapatan.

D. Pasar Barang
Keseimbangan di pasar barang terjadi ketika belanja agregat (aggregate expenditure—AE) sama dengan produksi nasional (Y). Belanja agregat terdiri dari komponen domestik, mencakup konsumsi (C), investasi (I) dan belanja pemerintah (G), dan komponen asing berupa ekspor neto (NX), yakni nilai ekspor dikurangi nilai impor (NX = X—M).
Belanja agregat hanya akan sama dengan produksi nasional jika seluruh tabungan disalurkan menjadi investasi. Tabungan nasional (national saving) dibentuk oleh dua komponen: tabungan swasta dan tabungan pemerintah. Tabungan swasta merupakan sisa dari pendapatan neto pajak setelah dikurangi konsumsi (PS = Y – T – C). Tabungan pemerintah dibentuk dari surplus anggaran karena pendapatan pajak melebihi belanja pemerintah (GS = T – G).

Y = C + I + G
Y = C + S + T
C + S + T = C+ I + G
S + (T – G) = I


Dalam perekonomian bunga, interaksi tabungan dan investasi merupakan interaksi permintaan dan penawaran modal dengan bunga sebagai harga. Tingkat bunga akan mengarah pada tingkat di mana terjadi keseimbangan tabungan nasional dan investasi.
Kenaikan pendapatan nasional akan meningkatkan nilai tabungan pada berbagai tingkat suku bunga. Akibatnya, terjadi kelebihan pasokan modal pada tingkat bunga yang berlaku. Untuk bersaing menawarkan modalnya, penawar bersedia mengurangi suku bunga yang ia terima. Tingkat bunga akan turun hingga permintaan modal sama dengan pasokan.
Dalam panel pendapatan-bunga, hubungan di atas digambarkan sebagai kurva IS. Kurva ini mewakili tingkat bunga yang dapat menyeimbangkan tabungan dan investasi pada berbagai tingkat pendapatan.
Dalam perekonomian nonbunga, permintaan dan penawaran modal dipengaruhi secara positif oleh tingkat imbal harapan. Naiknya tingkat imbal harapan yang disebabkan penurunan pajak atau pemberantasan korupsi akan mendorong perusahaan memperbesar pembelian barang-barang modal. Perusahaan akan mencari modal untuk membiayai investasinya. Pada sisi pemilik modal, kenaikan tingkat imbal harapan mendorong mereka mengalokasikan lebih besar tabungan mereka untuk investasi sekalipun rasio bagi hasil tidak berubah.
Jika tingkat imbal harapan dari investasi naik, penawaran dan permintaan modal akan naik secara simultan pada rasio bagi hasil tetap. Walau sama positif, elastisitas penawaran modal kurang dari elastisitas permintaan modal karena tingkat imbal hanya berpengaruh kecil pada tabungan. Tabungan seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh pendapatannya. Akibatnya, selisih tabungan dan investasi mengecil dan permintaan agregat meningkat.
Permintaan dan penawaran modal dipengaruhi secara berbeda oleh rasio bagi hasil. Penawaran modal semakin besar jika rasio bagi hasil meningkat karena imbal harapan bagi pemilik modal meningkat. Sebaliknya, peningkatan rasio bagi hasil akan mengurangi imbal harapan bagi pemilik perusahaan sehingga permintaan akan turun. Interaksi permintaan dan penawaran modal akan membawa rasio bagi hasil pada tingkat yang menyeimbangkan keduanya. Kurva IS mencerminkan hubungan positif itu di panel pendapatan-imbal.
E. Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang
Mayoritas ekonom konvensional maupun Islam berpendapat bahwa pada harga yang tetap, pendapatan dan bunga/imbal akan berada pada tingkat yang menyeimbangkan sekaligus pasar barang dan pasar uang. Tingkat pendapatan dan bunga keseimbangan ini terletak di perpotongan kurva IS dan LM, baik yang menggunakan basis bunga maupun imbal.
Ekonomi konvensional menganggap bahwa pendapatan dan bunga akan selalu menuju pada tingkat keseimbangan simultan pasar barang dan pasar uang ini karena di masing-masing pasar terdapat mekanisme penyeimbangan. Mayoritas ekonom Islam juga berpendapat bahwa mekanisme yang mirip terjadi dalam perekonomian tanpa bunga. Pendapatan dan tingkat imbal akan menuju ke tingkat keseimbangan ini.
Akan tetapi, sebagaimana telah dijelaskan bahwa perubahan pendapatan tidak serta-merta menimbulkan perubahan tingkat bunga di pasar uang yang membawa pada keseimbangan permintaan dan penawaran uang. Karenanya, penentuan tingkat bunga di panel pendapatan-bunga dapat hanya ditentukan oleh kurva IS tanpa melibatkan kurva LM. Dengan kata lain, tingkat bunga selalu terjadi di kurva IS namun dapat terjadi di luar kurva LM.
Belanja agregat mengandung unsur konsumsi sehingga dipengaruhi positif oleh produksi nasional. Karena asumsi konsumsi otonom positif (C0 > 0) dan hasrat marjinal konsumsi positif kurang dari satu (0 < MPC < 1), belanja agregat menjadi lebih dari produksi nasional pada rentang produksi nol hingga satu titik di mana belanja agregat seimbang dengan produksi nasional. Jika produksi nasional lebih tinggi dari tingkat keseimbangan itu, belanja agregat akan kurang dari produksi nasional. Selisih antara belanja agregat dan produksi nasional akan merubah tingkat persediaan barang. Perubahan persediaan menjadi sinyal bagi perusahaan untuk menyesuaikan produksi untuk menjaga tingkat persediaan yang optimal. Ketika belanja agregat kurang dari produksi nasional, persediaan akan nai. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Menurut Keynes, orang memegang uang dapat disebabkan oleh beberapa motif: 1. Motif transaksi: orang memegang uang untuk keperluan belanja konsumsi maupun investasi yang sudah ia rencanakan. 2. Motif berjaga-jaga: orang memegang uang untuk keperluan belanja yang tidak ia rencanakan. 3. Motif spekulasi: orang memegang uang karena ia menunggu untuk menemukan aset yang lebih baik atau penurunan harga aset di masa depan. Apabila suku bunga berada di atas tingkat keseimbangan, pasokan uang melebihi permintaan. Mekanisme penyesuaian berjalan karena pada tingkat bunga tersebut, opportunity cost memegang uang menjadi terlalu tinggi. Masyarakat akan berusaha mengurangi porsi uang dalam portofolio kekayaannya untuk ditukarkan dengan aset yang memberikan bunga, misal obligasi. Penurunan permintaan uang diimbangi dengan kenaikan permintaan aset tersebut. Akibatnya, harga aset tersebut akan naik dan tingkat bunganya menurun. Mekanisme ini akan terus berjalan hingga uang yang ingin dipegang masyarakat sama dengan pasokan uang. Belanja agregat mengandung unsur konsumsi sehingga dipengaruhi positif oleh produksi nasional. Karena asumsi konsumsi otonom positif (C0 > 0) dan hasrat marjinal konsumsi positif kurang dari satu (0 < MPC < 1), belanja agregat menjadi lebih dari produksi nasional pada rentang produksi nol hingga satu titik di mana belanja agregat seimbang dengan produksi nasional. Jika produksi nasional lebih tinggi dari tingkat keseimbangan itu, belanja agregat akan kurang dari produksi nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar